Judul : Rain Sound
Cast : Jung Soojung, Kim Jongin
Genre : little sad romance
Author : Misskakipendek
Aku masih duduk terpaku didekat jendela kamarku. Posisiku hampir tak berubah dalam beberapa hari ini, menatap kosong keluar jendela dan berharap akan turun hujan. Entahlah, namun hujan tak kunjung turun. Aku mulai pasrah dengan keadaan, begitupun saat aku kehilangannya.
Sungguh dia benar-benar membuatku gila. Ia datang lalu pergi hanya meninggalkan beribu pertanyaan yang terus saja berputar tanpa henti didalam kepalaku. Wae?! kenapa kita harus bertemu? kenapa kita ditakdirkan bersama namun pada akhirnya harus berpisah? kenapa ia memberikan sebuah janji mustahil kepadaku? dan parahnya, aku berharap pada janjinya itu.
Sampai detik ini aku masih berharap, dirinya datang untuk menepati janji...
" That's so imposible!!!" runtukku kesal, lalu kulempar sebuah komik keujung meja komputerku. Untuk sesaat aku tersadar, entah aku ini bodoh atau tidak waras. Berharap pada kata-kata seorang yang telah tiada.
Beberapa saat aku hanya diam. Aku benci diam, karena semakin aku tak melakukan apapun, maka aku semakin memikirkannya. Jong in-a..
Tiba-tiba saja aku merasakan kantuk yang mendalam, tapi dari kejauhan samar aku mendengar suara yang aku harapkan. Rintik hujan. Mataku kembali tegar, melihat jendela kamarku yang kini basah oleh hujan. Hujan telah turun.
Hujan telah turun.. Apa ia akan datang..
Aku masih menunggu, sesekali melihat foto yang kupasang dikamarku dalam beberapa hari ini. Hanya sekilas mataku kualihkan untuk memandang wajahnya, entah datang dari mana tiba namja itu muncul tiba-tiba dipekarangan rumahku. Dadaku berdebar kencang antara bahagia dan tidak percaya. Namun dia benar-benar telah datang, dia menepati janjinya, Kim Jongin datang menemuiku.
" Aku senang kau menepati janjimu." Kataku begitu sampai dihadapannya. Nafasku masih belum teratur karena lari tergopoh-gopoh menuruni anak tangga dan juga,, karena senang bisa melihatnya lagi.
Lagi-lagi dia tersenyum imut. Senyuman yang membuatku menyadari sisi lain Jongin yang manis. bukan berandalan yang sering diucapkan kebanyakan orang selama ini. Dan senyum tulusnya ketika menyatakan cinta padaku berhasil merubah rasa benciku menjadi cinta.
" Kenapa melamun? Cepat pakai mantelmu, bukankah kita akan pergi kencan!!!"
Aku mulai merasa bingung dengan apa yang terjadi sekarang.
" Khende,," belum sempat aku memakai mantelku. Namja itu keburu menarik lenganku dan mengapitnya sehingga posisi kami berdampingan dibawah payung warna abu-abu transparan yang dibawanya. Payung ini,, inikan payung yang aku bawa saat akan kencan dengan Jongin sebelum ia mengalami kecelakaan. Saat itu hujan turun deras, namun Jongin tetap memaksaku untuk bertemu dengannya dihalte dekat sekolahku. kebetulan sekolah kami berbeda.
Kupikir payung ini telah hilang entah kemana,, Ternyata ada bersamamu..
Dalam perjalanan kami, tak sedetikpun Jongin melepaskan genggaman tangannya padaku. Saat didalam bus sekalipun, Jongin selalu menggenggam jemariku erat seakan namja ini tak ingin kehilanganku. Kurasakan tiap celah jemarinya yang terasa dingin. Aku mulai berpikir lagi, apakah seseorang yang berada disampingku kini benar-benar Kim Jongin yang kukenal?
...
" Jongin-na,, Apa kau sedang sakit?" aku menatap lekat kedua matanya yang nampak sayu. Jongin menggeleng lemah sambil berusaha tersenyum.
Saat ini kami sedang berteduh dibawah atap disalah satu arena ditaman bermain yang dulu pernah jadi tempat tujuan acara kencan pertama kami. Ditempat ini begitu banyak menyimpan kenangan bagi kami berdua, ditempat ini pula untuk pertama kalinya kami bertemu.
" Kau masih ingat? Ditempat ini aku sering mengganggu dan mengejekmu sampai kau menangis," aku mengangguk pelan. Dulu, namja ini benar-benar menyebalkan. Aku benci sekali padanya.
" Napeum namja!" ujarku balik mengejeknya. Tapi, kali ini dia diam saja.
" Hashhhhh sepertinya aku sudah mendapatkan karmaku sendiri." rungutnya kesal.
" Memangnya kenapa?" tanyaku penasaran. Namun Jongin diam saja. Dan mendadak suasana menjadi sangat hening. Yang terdengar hanya suara hujan yang semakin deras diluar sana.
Tiba-tiba saja ia beranjak dari duduknya, dan menyerahkan payung milikku yang sedari tadi dipegangnya.
" Ini kukembalikan." ucapnya datar lalu membalakangiku dan berjalan keluar tanpa perduli diluar masih hujan.
" Kim Jongin kau mau kemana?" aku coba mengikutinya. Tapi namja itu terus saja berjalan dan membuatku semakin bingung saja dengan tingkahnya.
" Jongin-na waeyo?! kenapa kau membuatku bingung seperti ini. jebal,, jangan seperti ini." teriakku memohon dan mulai menangis. Kim Jongin akhirnya menghentikan langkahnya tanpa membalikkan badannya. Posisiku tepat berada dibelakangnya.
" Aku berada dihadapanmu sekarang, karena aku masih punya suatu hal yang harus kuselesaikan padamu. Aku sudah bertemu denganmu, dan kurasa aku sudah menepati janjiku padamu. Jung soojung, sepertinya sekarang sudah tiba waktunya." ucapannya membuat airmataku sontak mengalir deras. Aku meraung sejadi-jadinya. Karena aku kini telah mengerti.
" Kim jongin, kau tega sekali." ujarku dengan perasaan campur aduk. " Kenapa kau lakukan ini padaku? kenapa kau membuatku membencimu? kenapa kau selalu membuatku menangis? daa kau juga tega meninggalkanku, setelah apa yang kau perbuat pada perasaanku. Saranghaeyo Jongin-na, neomu neomu saranghaeyo.." Aku memukul-mukul punggunnya karena kesal. Kim jongin membalikkan tubuhnya dan langsung mendekapku erat.
" Mianhe Jung-a, mianhe.. Aku juga tidak ingin berakhir seperti ini." Aku masih sesenggukkan dipundaknya. Dadaku sakit menahan hawa dingin yang semakin menusuk.
" Apa kau benar-benar akan pergi?" Jongin mengangguk pelan dan aku hanya bisa pasrah.
Masih kugenggam erat jemarinya. Walau pada akhirnya ia akan tetap meninggalkanku. Dan entahlah, perlahan kupastikan tubuhnya semakin menyamar. Semua terlihat menembus dari balik tubuhnya. Apa ini mimpi? apa aku sedang bermimpi??
" Jaga dirimu dan hiduplah dengan baik." Pesannya dan tubuh Jongin semakin menghilang walau samar aku masih bisa melihat wajahnya dan mendengar suaranya. Genggaman tanganku padanya jatuh begitu saja.
" Aku sangat merindukanmu." Gumamku pelan.
Dia tersenyum,, senyum terakhirnya..
" Saat hujan turun, percayalah pada saat itu aku berada sangat dekat denganmu. Dengarkan suaranya, saat itu aku sedang berbisik bahwa aku juga sangat merindukanmu."
Dan... jleb!! tubuh Jongin menghilang sama sekali. Aku coba memelukknya sekali lagi, namun yang kurasakan hanya rintikan hujan yang turun semakin deras saja. Dingin. Dan kurasakan tubuhku ambruk seketika.
...
Aku terbangun keesokan harinya. Kupegang wajahku yang berkeringat. Semalam aku memimpikannya. Namja itu datang menemuiku. Mimpi itu begitu nyata bagiku. Dan aku sadar bahwa kejadian semalam bukanlah mimpi, karena aku kini melihat payung itu teronggok dipojok pintu kamarku dalam keadaan basah.
..... Jong in-a, gomawo. Kamu telah datang dan menepati janjimu. Aku tahu, kau tidak pernah meninggalkanku selamanya....
Hujan telah turun.. Apa ia akan datang..
Aku masih menunggu, sesekali melihat foto yang kupasang dikamarku dalam beberapa hari ini. Hanya sekilas mataku kualihkan untuk memandang wajahnya, entah datang dari mana tiba namja itu muncul tiba-tiba dipekarangan rumahku. Dadaku berdebar kencang antara bahagia dan tidak percaya. Namun dia benar-benar telah datang, dia menepati janjinya, Kim Jongin datang menemuiku.
" Aku senang kau menepati janjimu." Kataku begitu sampai dihadapannya. Nafasku masih belum teratur karena lari tergopoh-gopoh menuruni anak tangga dan juga,, karena senang bisa melihatnya lagi.
Lagi-lagi dia tersenyum imut. Senyuman yang membuatku menyadari sisi lain Jongin yang manis. bukan berandalan yang sering diucapkan kebanyakan orang selama ini. Dan senyum tulusnya ketika menyatakan cinta padaku berhasil merubah rasa benciku menjadi cinta.
" Kenapa melamun? Cepat pakai mantelmu, bukankah kita akan pergi kencan!!!"
Aku mulai merasa bingung dengan apa yang terjadi sekarang.
" Khende,," belum sempat aku memakai mantelku. Namja itu keburu menarik lenganku dan mengapitnya sehingga posisi kami berdampingan dibawah payung warna abu-abu transparan yang dibawanya. Payung ini,, inikan payung yang aku bawa saat akan kencan dengan Jongin sebelum ia mengalami kecelakaan. Saat itu hujan turun deras, namun Jongin tetap memaksaku untuk bertemu dengannya dihalte dekat sekolahku. kebetulan sekolah kami berbeda.
Kupikir payung ini telah hilang entah kemana,, Ternyata ada bersamamu..
Dalam perjalanan kami, tak sedetikpun Jongin melepaskan genggaman tangannya padaku. Saat didalam bus sekalipun, Jongin selalu menggenggam jemariku erat seakan namja ini tak ingin kehilanganku. Kurasakan tiap celah jemarinya yang terasa dingin. Aku mulai berpikir lagi, apakah seseorang yang berada disampingku kini benar-benar Kim Jongin yang kukenal?
...
" Jongin-na,, Apa kau sedang sakit?" aku menatap lekat kedua matanya yang nampak sayu. Jongin menggeleng lemah sambil berusaha tersenyum.
Saat ini kami sedang berteduh dibawah atap disalah satu arena ditaman bermain yang dulu pernah jadi tempat tujuan acara kencan pertama kami. Ditempat ini begitu banyak menyimpan kenangan bagi kami berdua, ditempat ini pula untuk pertama kalinya kami bertemu.
" Kau masih ingat? Ditempat ini aku sering mengganggu dan mengejekmu sampai kau menangis," aku mengangguk pelan. Dulu, namja ini benar-benar menyebalkan. Aku benci sekali padanya.
" Napeum namja!" ujarku balik mengejeknya. Tapi, kali ini dia diam saja.
" Hashhhhh sepertinya aku sudah mendapatkan karmaku sendiri." rungutnya kesal.
" Memangnya kenapa?" tanyaku penasaran. Namun Jongin diam saja. Dan mendadak suasana menjadi sangat hening. Yang terdengar hanya suara hujan yang semakin deras diluar sana.
Tiba-tiba saja ia beranjak dari duduknya, dan menyerahkan payung milikku yang sedari tadi dipegangnya.
" Ini kukembalikan." ucapnya datar lalu membalakangiku dan berjalan keluar tanpa perduli diluar masih hujan.
" Kim Jongin kau mau kemana?" aku coba mengikutinya. Tapi namja itu terus saja berjalan dan membuatku semakin bingung saja dengan tingkahnya.
" Jongin-na waeyo?! kenapa kau membuatku bingung seperti ini. jebal,, jangan seperti ini." teriakku memohon dan mulai menangis. Kim Jongin akhirnya menghentikan langkahnya tanpa membalikkan badannya. Posisiku tepat berada dibelakangnya.
" Aku berada dihadapanmu sekarang, karena aku masih punya suatu hal yang harus kuselesaikan padamu. Aku sudah bertemu denganmu, dan kurasa aku sudah menepati janjiku padamu. Jung soojung, sepertinya sekarang sudah tiba waktunya." ucapannya membuat airmataku sontak mengalir deras. Aku meraung sejadi-jadinya. Karena aku kini telah mengerti.
" Kim jongin, kau tega sekali." ujarku dengan perasaan campur aduk. " Kenapa kau lakukan ini padaku? kenapa kau membuatku membencimu? kenapa kau selalu membuatku menangis? daa kau juga tega meninggalkanku, setelah apa yang kau perbuat pada perasaanku. Saranghaeyo Jongin-na, neomu neomu saranghaeyo.." Aku memukul-mukul punggunnya karena kesal. Kim jongin membalikkan tubuhnya dan langsung mendekapku erat.
" Mianhe Jung-a, mianhe.. Aku juga tidak ingin berakhir seperti ini." Aku masih sesenggukkan dipundaknya. Dadaku sakit menahan hawa dingin yang semakin menusuk.
" Apa kau benar-benar akan pergi?" Jongin mengangguk pelan dan aku hanya bisa pasrah.
Masih kugenggam erat jemarinya. Walau pada akhirnya ia akan tetap meninggalkanku. Dan entahlah, perlahan kupastikan tubuhnya semakin menyamar. Semua terlihat menembus dari balik tubuhnya. Apa ini mimpi? apa aku sedang bermimpi??
" Jaga dirimu dan hiduplah dengan baik." Pesannya dan tubuh Jongin semakin menghilang walau samar aku masih bisa melihat wajahnya dan mendengar suaranya. Genggaman tanganku padanya jatuh begitu saja.
" Aku sangat merindukanmu." Gumamku pelan.
Dia tersenyum,, senyum terakhirnya..
" Saat hujan turun, percayalah pada saat itu aku berada sangat dekat denganmu. Dengarkan suaranya, saat itu aku sedang berbisik bahwa aku juga sangat merindukanmu."
Dan... jleb!! tubuh Jongin menghilang sama sekali. Aku coba memelukknya sekali lagi, namun yang kurasakan hanya rintikan hujan yang turun semakin deras saja. Dingin. Dan kurasakan tubuhku ambruk seketika.
...
Aku terbangun keesokan harinya. Kupegang wajahku yang berkeringat. Semalam aku memimpikannya. Namja itu datang menemuiku. Mimpi itu begitu nyata bagiku. Dan aku sadar bahwa kejadian semalam bukanlah mimpi, karena aku kini melihat payung itu teronggok dipojok pintu kamarku dalam keadaan basah.
..... Jong in-a, gomawo. Kamu telah datang dan menepati janjimu. Aku tahu, kau tidak pernah meninggalkanku selamanya....
~fin~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar